Jernih Bersih


Air jernih belum tentu bersih. Jernih tidak sama dengan bersih. Tetapi, dalam kehidupan sehari-hari banyak yang mengira air jernih pasti layak diminum. Ini keliru. Air jernih boleh jadi kaya zat berbahaya-beracun yang tidak kelihatan. Jangankan dilihat dengan mata telanjang, memakai mikroskup saja tak terlihat. Ini terjadi karena zat tersebut terlarut. Contohnya, gula pasir yang dilarutkan dalam air. Tak tampak ada gula, airnya tetap jernih tapi manis rasanya. Bagaimana kalau zat tadi bukan gula melainkan zat berbahaya-beracun?

Misalnya begini. Satu gelas air jernih yang layak-minum diberi setetes deterjen, karbol, atau insektisida, atau zat lainnya. Aduk sebentar lalu biarkan beberapa menit. Air akan jernih kembali. Beranikah Anda meminumnya? Andaikata berani, Anda tidak akan langsung sakit karena sedikit kadar racunnya. Tetapi, ginjal, hati dan organ lainnya terancam rusak. Bagaimana kalau air minum Anda berisi sedikit racun tapi setiap hari diminum? Lama-lama zat itu akan makin banyak terkumpul di organ tubuh dan baru menderita setelah lanjut usia. Hari-hari tua atau masa pensiun yang seharusnya bisa tenang malah sakit lantaran air minum.

Begitulah kondisi air minum kita saat ini. Air sumur, apalagi yang dekat dengan selokan, tangki septik, atau di pinggirnya banyak yang mencuci lalu air cuciannya meresap lagi ke dalam sumur, dapat diduga buruk kualitasnya. Jernih tetapi tidak layak diminum. Air PDAM juga begitu. Kalau air bakunya dari sungai yang banyak menerima air sawah, air limbah pabrik dan air limbah rumah tangga bisa dipastikan airnya tercemar. Masalahnya, mampukah teknologi di PDAM mengolahnya?

Hal serupa bisa terjadi pada air minum isi ulang dan air minum kemasan jika unit pengolahnya tidak mampu menangani racun tersebut. Air tanah, termasuk mata air pun tak tertutup kemungkinannya terkotori zat berbahaya-beracun. Ini bergantung pada lapisan batuan (formasi geologi) yang dilewatinya di dalam tanah. Apalagi kalau air itu melewati timbunan sampah semacam TPA (tempat pembuangan akhir), racunnya pasti banyak.

Paparan di atas membuat kita berpikir ulang perihal kualitas air yang biasa diminum. Pada masa kecil, bersihkah air minum kita? Saat remaja, dewasa, dan tua bersihkah air minum kita? Bersihkah air pencuci beras, sayur, ikan, daging, dan kuah sayur di rumah makan, restoran, warung langganan kita? Air minumnya mungkin tampak jernih, tetapi bersihkah? Terlebih lagi kalau sudah dicampur sayur, bakso, kopi, teh, susu, daun pandan, dan lain-lain. Zat berbahaya-beracunnya sudah tak terasa lagi keberadaannya. Kita pun tidak langsung sakit, tidak langsung diare. Itu semua lantaran bakterinya sudah mati karena dipanaskan atau dididihkan. Hanya saja, zat kimia beracun yang larut di dalamnya tidak bisa dihilangkan dengan pemanasan atau pendidihan air. Tidak bisa!

Ilustrasinya sbb: ambillah segelas air selokan atau air comberan lalu panaskan sampai mendidih 100 derajat Celcius selama sepuluh menit. Atau lebih lama lagi, yaitu 20 atau 30 menit. Minumlah. Pasti tidak akan mencret. Sebab, semua kuman atau bakterinya sudah mati. Tetapi zat kimia yang ada di dalamnya tidak hilang. Inilah yang berbahaya bagi organ tubuh kita.


Posted by :  Gede H. Cahyana

This entry was posted in , , , , , , . Bookmark the permalink.