Hingga saat ini penduduk Indonesia sulit terbebas dari penyakit
diare, kolera, disentri hingga tifus. Sebab, semua penyakit tersebut
berhubungan erat dengan air (waterborne diseases).
Selain penyakit tersebut, Hepatitis A dan Poliomelistis Anterior Akut
( polio, kelumpuhan kanak-kanak akibat
virus penyakit akut yang ditandai oleh peradangan sel saraf
otak dan saraf tulang belakang batang ), juga banyak ditemui di
masyarakat.
"Bahkan tidak sedikit dijumpai masyarakat mengalami keracunan, karena adanya senyawa kimia dalam air minum melebihi ambang batas kosentrasi yang diijinkan,"
kata Arie Herlambang, peneliti dari Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), kepada Media Indonesia, Senin (20/3) di Jakarta.
Arie menerangkan kontaminasi
air minum yang dipasok untuk keperluan masyarakat umum dapat terjadi
akibat limbah industri, domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3), korosi dari pemipaan, dan juga akibat hasil samping dari proses
disinfeksi dengan klorin.
Proses kontaminasi
itu, lanjutnya, dapat terjadi mulai dari sumber air baku, selama proses
pengolahan, ataupun pada pipa distribusinya.
Beberapa zat
kimia yang bersifat racun terhadap tubuh manusia, antara lain logam
berat, pestisida, senyawa polutan hidrokarbon, zat-zat radioaktif alami
atau buatan dan lain sebagainya. Zat berbahaya itu tidak teraba maupun
kasat mata. Bahkan setelah dipanaskan 100 derajat celsius pun zat kimia
di dalam air cenderung tidak hilang. Sebab pemanasan hanya mematikan
bakteri atau kuman.
1) Pencemaran nitrat
Contohnya,
pencemaran nitrat yang disebabkan penggunaan pupuk nitrogen (urea) pada
pertanian. Bila sering terminum hingga ambang batas yang ditentukan
akan menyebabkan methaemoglobinameia, yaitu penyakit yang mengubah
hemoglobin di dalam darah menjadi methaemoglobin, sehingga darah
kekurangan oksigen.
2) Flourida (F)
Senyawa
kimia ini secara alami ada pada air dalam berbagai konsentrasi. Pada
kosentrasi kecil (1,5 mg/l) akan bermanfaat pada kesehatan gigi. Namun
bila lebih dari 2 mg/l, akan menyebabkan kerusakan gigi (gigi
bercak-bercak). "Bila lebih besar lagi 3-6 mg/l menyebabkan kerusakan
pada tulang. Dosis fluorida di dalam air maksimal 0,8 mg/l," jelasnya.
3) Air Raksa
Yaitu
logam berat berunsur racun bagi tubuh. Limbah merkurium akibat industri
pernah menimbulkan korban jiwa pada kasus Minamata, Jepang (1950).
4) Kadmium
Air
minum biasanya mengandung kadmium (Cd) dengan kosentrasi 1 ug atau
kadang-kadang mencapai 5 ug. WHO telah mengeluarkan rekomendasi, kadar
Cd dalam air minum sebesar 0,01 mg/l sedangkan Peraturan Pemerintah
No. 20/1990 kadar maksimum Cd dalam air minum sebesar 0,005 mg/l.
5) Selenium
Biasanya
ditemukan di daerah seleniferous (tadah hujan). Di daerah semacam itu
kandungan selenium dalam air tanah (sumur) ataupun permukaan bisa
tinggi. WHO menetapkan kadar selenium pada air minum sebesar 0,01 mg/l
sedangkan Peraturan Pemerintah No. 20/1990 merekomendasikan kadar
selenium yang diperbolehkan sebesar 0,001 mg/l.
Disadur dari : Media Indonesia
``````````````````````````````````````````````````````````````````````
Filter Air Haji Ali Dinar (FAHAD)
sangat efektif menghilangkan zat kimia pada air baku yang bersifat
racun terhadap tubuh manusia, seperti logam berat, pestisida, senyawa
polutan hidrokarbon, zat-zat radioaktif alami atau buatan dan lain
sebagainya.
Air hasil penyaringan FAHAD telah terbukti
dan teruji melalui Dinas Kesehatan Kota Bandung "UPTD Sarana Penunjang
Diagnostik" No.Lab : 100/XII/Kim-AM/04
``````````````````````````````````````````````````````````````````````
Pencemaran Zat Kimia Berbahaya Pada Sumber Air
Bookmark the permalink.